![]() |
Gambar : Istimewa |
Makna Merdeka
Secara historis, kemerdekaan berarti bebas dari penjajahan asing. Namun dalam konteks masa kini, merdeka seharusnya lebih dari sekadar simbol dan seremoni. Merdeka berarti bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketimpangan sosial, korupsi, dan segala bentuk penindasan. Merdeka adalah ketika rakyat dapat hidup dengan layak, mendapat keadilan, dan memiliki akses yang setara terhadap pendidikan, kesehatan, serta pekerjaan.
Potret Realitas: Kemajuan yang Belum Merata
Tak bisa dipungkiri, Indonesia telah mengalami banyak kemajuan. Infrastruktur berkembang pesat, teknologi merambah hingga pelosok, dan jumlah masyarakat kelas menengah meningkat. Namun, kemajuan ini belum sepenuhnya dirasakan secara merata. Di balik gedung pencakar langit dan kawasan elite, masih banyak daerah tertinggal, anak putus sekolah, serta masyarakat yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Di sisi lain, korupsi masih menjadi penyakit kronis di tubuh birokrasi. Demokrasi yang seharusnya menjadi jalan menuju keadilan, terkadang justru dikerdilkan oleh praktik politik uang, oligarki, dan polarisasi sosial yang tajam. Apakah ini bentuk dari kemerdekaan sejati, atau justru wajah lain dari penjajahan yang kini dilakukan oleh bangsa sendiri terhadap bangsanya?
Generasi Muda: Penentu Arah Kemerdekaan
Kemerdekaan bukanlah pencapaian yang selesai pada tahun 1945. Ia adalah proses berkelanjutan yang harus dijaga, diperjuangkan, dan dimaknai ulang di setiap generasi. Generasi muda hari ini memegang peranan penting untuk menentukan arah bangsa ke depan. Pertanyaannya: apakah mereka diberi ruang yang cukup untuk berdaya? Apakah sistem pendidikan dan ekonomi mendukung mereka untuk tumbuh menjadi pemimpin yang berintegritas?
Di tengah gempuran budaya instan dan arus informasi yang tak terbendung, ada tantangan besar dalam menjaga semangat nasionalisme yang murni. Namun di sinilah refleksi itu perlu dilakukan: apakah kita membiarkan kemerdekaan hanya menjadi seremoni tahunan, atau kita bergerak untuk mengisi kemerdekaan dengan keberanian, integritas, dan kerja nyata?
Merdeka atau Sengsara?
Pertanyaan ini bukan untuk menyudutkan, melainkan sebagai cermin bagi kita semua. Dalam usia 80 tahun, Indonesia sudah cukup dewasa untuk melakukan evaluasi diri secara jujur. Kemerdekaan adalah hak, tetapi juga tanggung jawab. Kita semua adalah bagian dari narasi besar bangsa ini — apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang hanya bersorak dalam perayaan, atau yang bergerak dalam perubahan?
Refleksi kemerdekaan ke-80 bukan hanya soal mengenang masa lalu, tetapi juga menata masa depan. Merdeka atau sengsara bukanlah takdir, tapi pilihan. Dan pilihan itu ditentukan oleh tindakan kolektif kita hari ini: dari pemimpin hingga rakyat jelata, dari pusat kota hingga desa terpencil.
Selamat Hari Kemerdekaan ke-80, Indonesia. Mari bertanya dalam hati masing-masing — apakah kita sudah benar-benar merdeka?
Penulis
Zainal Irfandi
(Sekretaris Wilayah GPI Jakarta Raya)
Komentar0