![]() |
Foto : Dwi Apriyanto/Istimewa |
Tawuran beruntun kembali terjadi di Kawasan Manggarai Jakarta Selatan pada 6 Mei 2025, tawuran sudah terjadi pada Ahad malam sebelumnya sampai menimbulkan 1 korban bacok di kepala yang sempat dilarikan ke RSCM.
Belakangan ini jagat media sosial juga di gemparkan oleh tawuran pelajar yang terjadi di jalan Otto Iskandar Dinata Jakarta Timur, dimana kedua belah pihak yang notabenenya masih pelajar terpantau di video melakukan aksi tawuran dan membawa sajam yang sangat besar.
Senada dengan data yang dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya di 2024 khususnya bulan September bagaimana tawuran terjadi dalam 3 bulan sebanyak 111 kasus, kalau di bagi secara rata-rata dapat 33 kasus perbulan artinya setiap hari terjadi tawuran di Jakarta, hal ini diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Melihat ini Aktivisi Kelahiran Jakarta Dwi Panjul menilai pembangunan kota Jakarta juga harus diikuti oleh pembangunan sumber daya manusianya, keamanan kota untuk masyrakat, begitupun konflik horizontal ditengah masyarakat yang sering terjadi didaerah tertentu sehingga dapat mempengaruhi roda perekonomian di jakarta bahkan sampai timbulnya korban jiwa.
Panjul menilai "pengaktegorian tawuran di Jakarta ini ada 3, yang pertama ialah warga kampungan itu sendiri atau sering disebut warga lokal. Yang kedua ialah pelajar sekolah dimana tawuran mereka terkhusus ketika waktu pulang sekolah. Yang ketiga perkumpulan anak muda atau sering biasa disebut gangster dimana mereka mempunyai akun medos untuk membesarkan nama ganster mereka.
Dari 3 pengkategorian basis massa tawuran ini memiliki cara dan penanganan tawuran yang berbeda. Misal kita ambil contoh tawuran antar warga atau biasa disebut antar kampung, biasanya terjadi karna dendam lama yang diwariskan oleh pendahulu, dimana tawuran terjadi tidak jauh dari tempat warga itu tinggal. Penanganannya adalah bagaimana pemerintah harua menyentuh sampai ke tingkat RT dan RW untuk melakukan mediasi bersama pada kampungan yang terjadi konflik.
"Yang kedua dan ketiga saya melihat ada pengaktegorian yang sama, seiring zaman berkembang khususnya media sosial. Para pelajar membuat akun media sosial sekolah secara menyeluruh atau Allbase lalu ada akun kecil atau kita kenal akun Basis sesuai arah tujuan siswa pulang. Begitupun para gangster membuat akun media sosial guna meningkatkan eksistensi mereka di kalangan sesamanya,"Ujar Panjul.
Lanjut Panjul juga menilai bagaimana pengaruh akun media sosial guna melakukan komunikasi dan tindakan provokasi sesama yang akhirnya melakukan janji untuk terjadinya tawuran, khusus untuk gangster biasanya terjadi di Malam hari sampai dinihari dan tempat terjadinya tawuran adalah sesuai kesepakatan.
"Melihat situasi ini saya percaya pemerintah Provinsi Jakarta khususnya Gubernur kita, beliau orang yang sangat baik dan manusiawi dalam mencari sebuah solusi mampu melihat permasalahan ini secara menyeluruh,"Ujar Panjul.
Kenapa perlu Satgas Khsus ? Saya sendiri melihat masalah tawuran ini menjadi rumit, sebab penanganan secara represif dengan ditangkapi tidak membuat yang lain jerah. Makanya satgas khusus berperan mencari alternatif penyelsaian berdasar wilayah dan daerah mereka bertugas khususnya dalam mengalihkan mereka ke kegiatan positif berupa minat dan bakat mereka.
Orang satgas khusus darimana ? Kalau ini saya sepaham untuk merealisasikan ungkapan Sekda DKI Marullah Matali pada febuari lalu dimana mempekerjakan pemimpin pemuda untuk atasi tawuran, jadi mereka dipekerjakan sebagai satgas khsusus anti tawuran untuk melakukan penyelsaian diwilayah mereka tentunya orang yang di tokohkan oleh massa tawuran dan sudah dilakukan diklat khusus oleh Pemprov Jakarta bekerja sama dengan Polda Metro Jaya.
Pada sisi lain Satgas Khusus juga berperan melaporkan akun-akun gangster media sosial yang dinilai melakukan provokatif ataupun melakukan siaran lansung saat tawuran terjadi, pelaporan ini ke Pemprov dan Polda Metro jaya agar akun yang terpantau melanggar dan provokatif untuk tindakan tawuran ini bisa dilakukan pemblokiran permanen.
Tentu ini harapan saya sebagai anak yang lahir di Menteng Atas Jakarta Selatan, saya juga pernah merasakan bagainana tawuran itu diwariskan ataupun tawuran terjadi karna permasalahan sepele lalu jadi besar. Alangkah baiknya bagaimana Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Kapolda Metro Jaya dapat merespon tulisan ini,"Tutup Dwi Panjul.
Komentar0