Kontranarasi.com – Bung Karno, Sang Proklamator, bukan hanya pemimpin politik dan orator besar, tetapi juga seorang pendidik bangsa. Baginya, politik tidak sekadar urusan kekuasaan, melainkan sarana untuk mencerdaskan rakyat. Ia meyakini bahwa politik yang benar adalah politik yang membangunkan kesadaran rakyat tentang jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Pendidikan politik dalam pandangan Bung Karno adalah proses pencerahan, bukan alat untuk menghasut atau memecah-belah.
Dalam setiap pidatonya, Bung Karno selalu menekankan bahwa rakyat harus menjadi subjek, bukan objek dari politik. Ia menolak pandangan bahwa politik hanya milik elite. Dengan semangat yang menyala-nyala, ia mengajarkan bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk memahami arah perjalanan bangsanya. Melalui pendidikan politik, rakyat diajak untuk berpikir kritis, berani menyampaikan pendapat, dan memahami makna kemerdekaan yang sejati.
Bung Karno percaya bahwa politik tanpa pendidikan hanya akan melahirkan kebingungan dan manipulasi. Ia menegaskan bahwa rakyat yang tidak sadar politik akan mudah diperdaya oleh kepentingan segelintir orang. Oleh karena itu, pendidikan politik harus mampu menumbuhkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial dan kebangsaan. Ia ingin agar rakyat tidak hanya tahu siapa yang memerintah, tetapi juga mengapa dan untuk apa pemerintahan itu ada.
Dalam pandangan Bung Karno, politik yang mencerdaskan berarti menanamkan semangat persatuan dan cita-cita bersama. Ia menolak praktik politik yang berorientasi pada kepentingan pribadi atau golongan. Baginya, politik yang sejati adalah politik untuk kesejahteraan rakyat, bukan sekadar perebutan jabatan. Karena itu, pendidikan politik harus diarahkan untuk membangun moralitas publik yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Pesan Bung Karno tetap relevan hingga hari ini. Di tengah maraknya praktik politik pragmatis, kita perlu kembali pada semangat pendidikan politik yang mencerdaskan. Politik seharusnya menjadi ruang pembelajaran bersama untuk membangun bangsa, bukan arena pertikaian tanpa arah. Dengan demikian, cita-cita Bung Karno tentang rakyat yang melek politik dapat terus hidup dan menjadi fondasi demokrasi yang berkeadaban.





