Hilirisasi Sagu, Jadi Pondasi Ekonomi Baru Masyarakat Seram Bagian Timur

banner 468x60

Kontranarasi.com – Sagu selama ini dikenal sebagai pangan lokal khas Maluku yang melekat kuat dengan identitas budaya masyarakat Seram Bagian Timur. Namun, lebih dari sekadar sumber pangan tradisional, sagu menyimpan potensi ekonomi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Melalui upaya hilirisasi yang terarah dan berkelanjutan, sagu dapat menjadi pondasi ekonomi baru bagi masyarakat di wilayah ini.

Seram Bagian Timur memiliki hamparan hutan sagu alami yang luas dan tumbuh subur tanpa memerlukan perawatan intensif. Keunggulan ini menjadikan sagu sebagai komoditas strategis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sayangnya, selama bertahun-tahun pemanfaatan sagu masih terbatas pada konsumsi rumah tangga atau dijual dalam bentuk bahan mentah dengan nilai ekonomi yang rendah.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Hilirisasi sagu menjadi jawaban atas tantangan tersebut. Dengan mengolah sagu menjadi produk turunan bernilai tambah—seperti tepung sagu kemasan, mie sagu, biskuit, gula cair sagu, hingga bahan baku industri pangan—masyarakat tidak hanya meningkatkan nilai jual, tetapi juga membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru di tingkat lokal.

Penerapan hilirisasi sagu juga berpotensi memperkuat ekonomi desa. Unit-unit usaha kecil dan menengah (UMKM) berbasis sagu dapat tumbuh di sekitar sentra produksi, melibatkan petani, pengrajin, hingga pelaku usaha muda. Pola ini mendorong perputaran ekonomi di desa sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap komoditas dari luar daerah.

Dari sisi ketahanan pangan, sagu memiliki peran penting sebagai alternatif sumber karbohidrat non-beras. Di tengah tantangan perubahan iklim dan fluktuasi harga pangan global, sagu menjadi solusi lokal yang adaptif dan tahan krisis. Penguatan industri sagu berarti memperkuat kemandirian pangan masyarakat Seram Bagian Timur.

Namun, keberhasilan hilirisasi sagu membutuhkan dukungan lintas sektor. Pemerintah daerah perlu hadir melalui kebijakan afirmatif, pendampingan teknologi, akses permodalan, serta pembangunan infrastruktur produksi dan distribusi. Di sisi lain, peran perguruan tinggi, lembaga riset, dan swasta juga dibutuhkan untuk inovasi produk, peningkatan kualitas, serta perluasan pasar.

Tak kalah penting, pelibatan generasi muda dalam industri sagu harus menjadi perhatian utama. Dengan pendekatan kreatif dan inovatif, sagu dapat diposisikan sebagai produk unggulan yang modern, bernilai ekonomi tinggi, dan mampu bersaing di pasar nasional bahkan global.

Hilirisasi sagu bukan sekadar program ekonomi, melainkan strategi pembangunan berbasis potensi lokal. Jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, sagu dapat menjadi pondasi ekonomi baru yang kokoh bagi masyarakat Seram Bagian Timur, mengangkat kesejahteraan tanpa meninggalkan akar budaya dan kelestarian alam.

 

Penulis : Zainal Irfandi Fesanlau 

(Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Seram Bagian Timur)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *